Shadaqah: sisi lain yang tak terekspos!

Shadaqah dan Infaq. Kebanyakan ustadz umumnya hanya menghimbau tentang baiknya bershadaqah atau berinfaq. Dengan mengemukakan janji-janji Allah, dengan logika bahwa harta yang kita shadaqahkan itu adalah tabungan untuk akhirat kelak. memang sebenarnya ya begitulah shadaqah dan infaq. Saking seringnya diceramahi begitu ya pastilah banyak yang tau. Yang jadi masalah kan tidak semua orang selalu mikirin akhirat setiap saat. Terutama bagi yang lebih condong ke duniawi. Jadi kalau cuma diiming-iming yang seperti saya sebut di atas, kadang kurang mengena. Apalagi kalo sudah mikir untung rugi duniawi.

Benarkah hanya sampai begitu saja masalah pendistribusian rizki dari Allah tersebut? Banyak yang tidak sadar bahwa rizki dari Allah kepada hambanya itu sudah ada porsinya sendiri-sendiri. Entah seberapa banyak yang punya hak pada suatu rizki, tapi secara garis besar bisa dibagi dua. Penerima dan bukan penerima. Penerima di sini adalah orang yang menerima langsung rizki dari Allah. Entah itu berupa harta, kesehatan, ilmu, dsb. Yang dimaksud bukan penerima adalah orang-orang yang berhak atas rizki tersebut selain si penerima tadi. Misal, kalau rizkinya berupa harta, yang termasuk bukan penerima mungkin adalah orang-orang yang menerima shadaqah dari harta tersebut, atau orang-orang yang mendapatkan rizki dari transaksi dengan menggunakan harta tersebut (penjual yang mendapat untung misalnya), atau mungkin murid-murid yang mendapat ilmu dari gurunya, dsb. Btw anyway busway, yang saya maksud porsi/jatah di sini adalah yang untuk urusan dunia seperti untuk makan, biaya pendidikan, dsb.

Porsi untuk yang bukan penerima mungkin berubah-ubah tergantung bagaimana si penerima ini mengolah rizkinya. Tapi satu hal yang pasti, dan sepertinya tidak disadari oleh si penerima, bahwa porsi penerima biasanya mendekati pasti. Yang nantinya dia terima nantinya ya segitu itu. Apapun yang dia coba lakukan kalau memang jatahnya dia segitu ya dapetnya segitu. Malah mungkin bisa kurang dari itu. Bukan berarti lantas orang ngga boleh usaha loh. Toh bisa jadi jatah kita baru bisa didapat sepenuhnya setelah usaha. Contoh, ada orang punya harta katakanlah 10 juta. Setelah dikurangi macem-macem shadaqah, sisa mungkin 7 juta (anggaplah orang ini dermawan banget ^_^a). Jadi apakah jatah dia untuk urusan dunia memang 7 juta itu? Belum tentu. Bisa saja lebih dari itu. Tergantung usaha dia. Kalau dari 7 juta itu dipakai modal, mungkin nantinya bisa mendapat lebih dari itu sampai pada batas jatahnya.

Ok. Dari tadi ngomongin jatah melulu. Lantas apa hubungannya jatah dengan shadaqah? Saya sendiri ga tau apakah ini bisa dibilang berkaitan langsung atau tidak. Monggo dinilai sendiri :). Problemnya gini. Kita ambil contoh yang tadi. Ada orang punya harta 10 juta dan jatah dia adalah 7 juta. Apa yang terjadi kalau orang tersebut pelit sepelit-pelitnya manusia sehingga yang 3 juta tadi tetep dia simpan tanpa di-shadaqah-kan/di-infaq-kan? Apakah jatah dia nambah jadi 10 juta? Tidak. Jatahnya tetep 7 juta. Bahkan mungkin bisa kurang dari itu. Lho? Bagaimana caranya? Yah … Allah itu Maha Adil rekan-rekan sekalian. Kalau kita ngotot tidak mau mengeluarkan yang bukan hak kita, Allah akan mengeluarkannya secara paksa dan mungkin justru lebih banyak dari kalau kita keluarkan dengan ikhlas. Contoh … pengalaman pribadi nih … Saya dulu termasuk orang yang pelit. Susah banget kalo diajak shadaqah, infaq, dsb. Lebih cenderung menggunakan harta yang diterima untuk kepuasan pribadi. Hasilnya? Toh kepuasan pribadi yang didapat ga bertahan lama. Barang yang dibangga-banggakan hilang begitu saja (ngga begitu saja sih … diembat orang lebih tepatnya >.<). Bahkan nilai yang hilang itu jauh lebih besar kalo seandainya saya mau dengan ikhlas menyisihkan sedikit dari harta tersebut.

Jadi buat yang masih susah keluarin duit buat ngebantu sesama, udah deh ga usah kelamaan mikir. Ngga ada ruginya kok. Daripada dipaksa, mending ikhlas … sama2 disisihkan, tp yg ikhlas dapet nilai lebih di mata Allah. Dulu nih, waktu masih suka nyimpen2 duit (baca: pelit), rizki kayaknya sereet gitu sampai-sampai saya pakai pembenaran untuk nyimpen. Nyatanya, sekarang ketika udah coba di-loose dikit. Malah agak2 lancar mengalir si rizki. Emang bener kata bapak. Orang kalo dermawan (ngga peduli kaya, pas-pasan, ataupun miskin, asal ikhlas) selalu ada aja sumber rizki penggantinya dengan tak henti-henti.

Jadi …. yuk … Shadaqah 🙂

One Response to “Shadaqah: sisi lain yang tak terekspos!”

  1. Se7 bro 🙂 kebanyakan orang (termasuk gw) 🙂 pade susah banget kalo buat sedekah/beramal… ga ada ruginya kalo kita mengeluarkan sedikit rezeki kita yang telah di berikan Allah sudah pasti Allah akan menggantinya dengan berlipat ganda..bagaikan setangkai pohon yang berbuah 7 di setiap buahnya terdapat 100 bulir begitulah Allah menggantinya kepada setiap hambanya yang bersedekah. kalo mengaku orang beriman harus beramal sholeh, Innalladzina amanu wa amilussholihati IQRO

Leave a comment